Skip to main content

Posts

Integritas untuk Prestasi Bangsa

Kemerdekaan Republik Indonesia telah mencapai usia 73 tahun. Ketika menyaksikan Upacara Pengibaran Sang Merah Putih di Istana Merdeka, yang dipimpin langsung oleh Presiden Ir. H. Joko Widodo, ada rasa bangga sekaligus haru, karena bangsa ini merdeka melalui para pejuang yang tangguh dan tak kenal lelah. Bahkan ketika seorang pilot pesawat tempur TNI-AU mengucapkaan “Dirgahayu Republik Indonesia” langsung dari kokpit yang mengudara di langit Istana Merdeka, membuat jiwa ini seakan terbang bersama formasi pesawat tempur. Detak jantung yang berdebar karena rasa bangga pun tak sanggup diungkapkan dengan kata-kata. “Kerja Kita, Prestasi Bangsa” adalah tema yang diviralkan dalam rangka HUT Ke-73 NKRI, dan dalam keadaan yang penuh rasa bangga, saya merenung dan bertanya dalam diri saya: “Aku harus bagaimana agar aku berkarya dan berprestasi?” Ketika pertanyaan itu muncul, saya diperlengkapi dengan Firman Tuhan yang saya baca dari Keluaran 32:1-14 (Bacaan Sabda Bina Umat Gereja Protestan di
Recent posts

Allah Mencari karena Menghormati

  Pendahuluan                 Rasa iri hati “bersahabat” dengan dengki , sehingga ketika seseorang memiliki rasa iri, maka kedengkiannya pun selalu timbul melalui tindakan yang tidak bermoral. Iri hati merusak moralitas dan membuat martabat manusia tidak ada harganya, baik bagi dirinya sendiri, maupun orang lain. Rasa iri itu sebenarnya muncul dari rasa takut, yakni takut kalah karena tidak menerima kekurangannya sendiri. Allah Menghormati Manusia                 Allah menciptakan langit, bumi dan segala isinya dengan FirmanNya. Ketika Firman keluar dari Allah, di situlah sejarah dimulai. Apa yang diciptakan Allah, semua itu dipandang BAIK, karena Allah sendiri yang hadir di dalam sejarah. Allah datang dalam sejarah dengan RASA HORMAT yang tinggi terhadap sejarah. Yohanes 1:9-10 “ Terang yang sesungguhnya yang menerangi tiap manusia telah datang ke dalam dunia. Dia berada di dalam dunia, dan dunia telah dijadikan melalui Dia, akan tetapi dunia tidak mengenalNya” . Mengapa All

GALAU - God Always Listening And Understanding

Galau is a feeling about uncomfortable, confused and others. There is no much meanings about the word of "Galau", but in KBBI, Galau defined as a chaotic mind. Uneasy feelings and chaotic thoughts that caused by sad, dissapointing, or frightening situastions. Although in a soft quality bed, a person will not be able to sleep well, because of that uneasy feelings. All night he always thought about his situation. If it happens continously, then someone will going to be frustated. The circumstances was happened with the Prophet Jeremiah, when he chosen to tell God's Word to Judah which was in Babylon worked as a slave. As a Prophet, Jeremiah watched the suffering of his people, they seemed like a garbage thrown into mills to be destroyed. His feelings are written in the whole Book of Lamentations. In his uneasy feelings, he said: " Behold, O God, my fear is terrible, my soul is uneasy feelings; my heart turned with me, because it was too much, so I rebelled; outside my

YANG TERLUPAKAN DI ANTARA KITA

Terinspirasi dar buku karya A. Sonny Keraf berjudul “Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global”   Ketika sampai pada ujung jalan. Sebuah sungai memancar indah mengalirkan beberapa dedaunan yang mungkin tanpa sengaja terjatuh dari dahanya. Disana aku belajar bagaimana sebuah rantai keindahan alam berjalan mengikuti irama kehidupan. Semua terasa indah memang. Bukit itu secara tersirat menggambarkan sebuah tangga yang harus ku capai demi mendukung keindahan mimpi sebelumnya. Berpaling berikutnya adalah sebuah puncak tertinggi, membuatku terus berpikir bahwa mimpi itu berada disana. Dapatkah aku meraihnya, hanya sebuah langkah yang dapat membuktikanya. Menjadi yang hijau melihat sebuah hutan di antara dua bukit itu. Di sebelahnya terdapat lahan gersang yang sebelumnya adalah hutan. Hutan yang seharusnya tumbuh lebat. Namun, siapa sangka, ia tak bisa mencapai impianya untuk menjadi bintang dalam pemandangan laneskap itu. “Manusia memang angkuh dan egois, mimpiku dihancurkan hanya

PERTAMA KALI DI TANAH KELAHIRANKU

ngeeeeengg....ngeeengg...!!!............ dengan motor bertenagakan listrik DIA memboncengku...kami berkeliling di Pulau Kumala...Pulau yang dikelilingi Sungai Mahakam itu menyimpan keindahan budaya dan alam...kami berdua menikmatinya...bahagia..asyiiik...dan banyak tawa kami rasakan... Saat itu untuk pertama kali aku membawanya ke tanah kelahiranku, Muara Badak..sebuah kecamatan yang sederhana tetapi menyimpan banyak kenangan...apalagi bersamanya... Belum cukup di situ, aku juga memperkenalkan DIA dengan orang tuaku...kakak-kakakku (karena aku anak bungsu siihh jadi banyak kakak deh)..bahkan semua keluargaku yang sempat aku temui waktu itu... Bersyukur karena keluargaku menerimanya dengan senang hati bahkan sangat menyayanginya...yaaa DIA adalah pilihan hatiku untuk menjadi Penolongku seumur hidup nanti...perasaan bahagia ini gk bisa diungkapkan dengan kata...tapi untuk mengingat hari itu aku ingin membuatkannya sebuah puisi yang sederhana tetapi aku buat dari hatiku... Judulny

Hari Ke-50: Roh Kudus dan KaryaNya

  Kisah Para Rasul 2 : 1 – 13     Banyak gereja yang kurang mementingkan Hari Pentakosta, tidak jelas apa alasannya, namun yang pasti Hari Pentakosta tidak seperti saat Natal dan Paskah yang harus membentuk kepanitiaan untuk merayakan dan memeriahkan. Seperti biasanya, umat datang beribadah di Hari Minggu demikianlah Hari Pentakosta dilewati. Tidak ada yang spesial, hanya kebanyakan umat memakai baju merah agar mecing dengan kain mimbar / stola. Jika demikian, kita sendiri yang telah melupakan asal usul kita.     Ingatkah kita pada kisah lidah api yang turun di atas kepala para murid ? Pada saat itu para murid dan umat Yanudi dari berbagai daerah sedang berkumpul untuk merayakan Hari Pentakosta, perayaan itu sangat penting bagi mereka, sebab di situ mereka mengingat kembali setelah mereka keluar dari Mesir, mereka menerima 10 Hukum Taurat di Gunung Sinai dan itu terjadi hari kelima puluh. Tidak hanya itu, pada hari Pentakosta sedang terjadi panen besar, sehingga pada hari itu All

Peka pada Suara dan KehendakNya (Yesaya 29 : 1 - 8)

Pendahuluan Saat ini kita sedang dalam masa prapaskah, yang mengenang kembali bagaimana kesaksian Alkitab, mulai dari umat Israel di padang gurun, Musa di atas gunung, Elia dalam perjalan ke Horeb, pertobatan orang Niniwe setelah mendengar berita dari Yunus, dan Yesus yang berpuasa di padang gurun. Peristiwa-peristiwa tersebut akan menjadi lingkaran pastoral bagi orang percaya. Dalam lingkarang itulah Teks Yesaya 29 ini di tempatkan untuk memberi nuansa yang lebih dalam lagi untuk menghayati Masa Prapaskah.  Pemahaman Teks dan Konteks Kita Yesaya adalah sebuah nubuatan dimana Allah akan menjatuhkan hukuman bagi Yehuda dan juga kebangkitan oleh seorang Mesias. Teks yang kita baca adalah bagian sebelum Yehuda dijatuhkan hukuman (pembuangan di Babel). Saat itu Yehuda menjadi bangsa yang serba aman dan nyaman, bahkan mereka jauh dari serangan bangsa-bangsa lain. Tidak hanya itu, mereka pun setia dalam beribadah, memberi korban persembahan di Bait Allah. Namun, karena situasi itu